Langsung ke konten utama

Postingan

KEMBALI KE ALAM LIAR

Video LIVE KEMBALI KE ALAM LIAR, BACK INTO THE WILD ini adalah footage video gratis. Diunduh dari Pixabay.com. BATU EMOSI NIHYE. Gacor Mania Live Stream. Selamat menikmati. Salam Gacor Mania. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. GACOR MANIA. KICAU MANIA. Burung kakatua, burung kakak tua, burung hantu, burung dara, burung, burung gagak, burung lovebird, burung kutilang, burung garuda, burung beo bicara, gacor lovebird, gacor, gacor murai batu, gacor kenari, gacor gojek, gacor grab. Gacor kacer, gacor jalak suren, gacoran lovebird, gacor ajg, kicau lovebird, kicau burung, kicau burung murai, kicau burung kacer, kicau mania, kicauan burung lovebird, kicau kenari, kicau burung kenari, kicau burung lovebird, kicauan burung, kicau mania. Kicau mania 2020, kicau mania piala presiden 2020, kicau mania lovebird, kicau mania batam, kicau mania m
Postingan terbaru

Sukses itu mudah selama Anda mau berubah secara tepat

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri mau mengubah nasib mereka sendiri...” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11) Penggalan ayat di atas secara tersurat menegaskan bahwa kesuksesan bukanlah hadiah tetapi upaya keras yang harus diraih sekuat tenaga. Secara tersirat ayat tersebut juga menyimpulkan bahwa kegagalan dan kemunduran seseorang atau suatu kaum berasal dari aspek internal, bukan dari faktor eksternal. Tidaklah bijaksana apabila menyalahkan orang lain atas kegagalan yang menimpa diri sendiri. Akan jauh lebih bijaksana jika pertama-tama kita menginstrospeksi diri kita sendiri sebelum mencari kambing hitam atas petaka yang menimpa kita. Singkatnya, janganlah kita bersikap “buruk rupa cermin dibelah.” Setelah menyiapkan sikap mental bahwa kesuksesan dan kegagalan berasal dari dalam diri kita sendiri, apa selanjutnya yang harus kita lakukan? Tentu saja, kita harus mau berubah agar kegagalan yang kita alami berganti menjadi keberhasilan dan keberhas

Merindukan ulama

Dewasa ini banyak sekali ulama yang berperan multifungsi, bahkan kadang mereka berperan di luar dimensi tanggungjawab esensial yang sepatutnya mereka emban. Sehingga, banyak persoalan keumatan belakangan ini, entah menyangkut kemerosotan moral umat, perilaku kekerasan atas nama agama di kalangan umat, tingkat pendidikan umat yang rendah serta kungkungan lingkaran kemiskinan yang membelit umat masih menjadi pekerjaan rumah yang jauh dari selesai. Sebagai agen perubahan sosial, ulama merupakan tumpuan paling terakhir di mana segala lapisan masyarakat mengadukan permasalahannya. Apalagi mereka punya otoritas yang dilegitimasi tuntunan doktrinal agama, baik yang tertulis dalam hadits berbunyi: “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi). Juga, ayat al-Qur’an yang mengatakan bahwa mereka adalah diantara hamba yang paling takut (khasy) kepada Allah Swt (QS. Fathir (35): 28. Ulama sebagaimana disitir QS. Fathir (35): 28 tersebut adalah sosok yang dalam dirinya terpenu

Menimbang Ulang Sains Islami

Wacana islamisasi pengetahuan, atau belakangan lebih dikenal dengan Sains Islami, yang pernah digagas oleh Ismail Raji’ al-Faruqi (alm) sejak tahun 1980-an, dewasa ini gaungnya memang agak redup—kalau tak mau dikatakan sudah dianggap kurang seksi bagi kebanyakan orang. Meskipun, sesungguhnya, proyek ini didukung oleh sebuah lembaga besar yang berkedudukan di Herndon (Virginia, AS) bernama The International Institute of Islamic Thought (IIIT), yang mempunyai cabang di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, IIIT bahkan pernah diarsiteki dan dipimpin oleh M. Dawam Rahardjo, seorang intelektual Muslim yang dikenal mat sekuler. Selain IIIT, lembaga yang punya kansern sama ialah ISTAC (Institute of Science Theology and Civilization), yang berkedudukan di Malaysia, yang merupakan implementasi dari ide dan gagasan seorang ilmuan berkebangsaan Malaysia, Naquib al-Attas. Redupnya gaung islamisasi pengetahuan yang menawarkan sebuah metodologi ilmu alternatif, belakangan diketahu

Membumikan Teologi

Dalam Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (1994), mendiang budayawan dan sejarawan, Kuntowijoyo, pernah memberikan suatu analisis tentang bagaimana sebuah transformasi masyarakat dapat dilakukan. Berbekal pemaknaan teologi yang diterawangi dalam kacamata sosial dan sebagai gejala sosiologis, beliau memaklumkan bahwa teologi sejatinya tidak hanya sekadar cukup memuaskan keyakinan individual, lebih dari itu dapat menjadi bagian penting dalam proses rekayasa sosial di tengah-tengah masyarakat. Ide mendiang Kuntowijoyo dan yang menyerupai ini kemudian lebih dikenali sebagai gerakan dan upaya bagaimana teologi suatu agama dapat lebih membumi, sebagaimana pernah dicontohkan oleh para Nabi-Nabi. Selain bersumber pada kekeringan agama-agama dalam merespon realitas masyarakat, dimana perannya banyak digantikan oleh ilmu dan teknologi, munculnya pemikiran tentang teologi yang membumi dapat dikatakan merupakan umpan balik dari maraknya diskursus Marxisme yang pernah booming pada perten

Nashr Hamid Abu Zayd; Dari Tekstualitas Al-Quran Sampai Kritik Wacana Keagamaan

"When the meaning is frozen and fixed an authority emerges to claim itself as the only guardian power of Islam. Whether this authority is the state or the political opposition, manipulation of the meaning of the Qur'an is practised. Whichever it is, it is not difficult to claim that the authority imposed is of the Qur'an itself." [Nashr Hamid Abu Zayd] Dalam panggung sejarah, entah sudah berapa banyak martir dari kalangan ilmuan, ulama, maupun intelektual, dan apapun namanya sebagai manusia pembelajar, yang meregang nyawa di hadapan kekuasaan. Dosa pekat kekuasaan terhadap dunia ilmu baik atas nama agama, negara, atau apapun bentuknya, paling tidak bisa dilacak sejak Socrates yang terpaksa meneguk racun dalam mempertahankan martabat manusia sebagai maakhluk berpikir, tetap pada tempatnya. Setelah Socrates, banyak lagi peristiwa silih berganti yang bercerita tentang “kejahatan” kekuasaan terhadap kalangan ilmuan. Kendatipun demikian, belum pernah terd